PENTINGNYA PELIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PAUD

          PENTINGNYA PELIBATAN ORANG TUA DAN MASYARAKAT DALAM PAUD

Oleh: Rino Desanto W.

Sementara ini sebagian besar masyarakat kita menyerahkan pendidikan pada satuan pendidikan yang ada. Banyak orang tua cenderung apatis dan menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada bapak-ibu guru.

Pendidikan tidak hanya tanggung jawab guru, tapi juga orang tua dan masyarakat. Waktu pembelajaran di lembaga PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) tidak lebih dari 3 jam sehari, sisanya adalah waktu di rumah dan di lingkungan masyarakat. Beban orang tua dalam pendidikan anak sudah semestinya lebih besar dari dari pada guru, mengingat waktu yang dimilki anak jauh lebih besar di rumah dari pada di lembaga PAUD.

Kurikulum PAUD yang ada sekarang ini sudah baik, ada juga program pelibatan orang tua dan masyarakat, namun masih belum maksimal, dan masih memungkinkan dimaksimalkan dengan memasukkan program pelibatan orang tua dan masyarakat secara riil.

Langkah awal yang bisa dilakukan adalah menyamakan pola pikir atau pola pandang antara guru dengan orang, disertai komunikasi intensif antara guru dan orang tua. Dalam mempertemukan pola pikir ini guru dan orang tua harus duduk bersama, membicarakan pendidikan apa saja yang bisa dilakukan dirumah dan pendidikan apa saja yang harus dilakukan disekolah.

Agar pendidikan di PAUD efektif, sebaiknya materi pembelajaran difokuskan pada hal-hal yang tidak setiap hari bisa dilakukan di rumah. Demikian juga sebaliknya, kegiatan yang bisa dilakukan setiap hari di rumah diajarkan semaksimal mungkin oleh orang tua.

Ketiga unsur (guru, orang tua dan masyarakat) secara bersama-sama memaksimalkan kegiatan pendidikan dalam ranah masing-masing. Salah satu contohnya adalah cara makan atau memakai baju. Kedua hal tersebut merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari dan setiap saat dilakukan. Oleh karena itu pembelajaran cara makan yang baik, menggunakan alat makan yang tepat, termasuk cara membuat makanan, dapat dilakukan oleh orang tua sampai tuntas. Demikain juga cara memakai baju, mengancingkan baju, merapikan baju dan sabagainya, sampai anak bisa mandiri dengan dirinya sendiri.

Guru disekolah bisa focus pada pembelajaran yang memerlukan kebersamaan, kegiatan yang tidak dapat dilakukan sendirian, mulai dari bagaimana berkomunikasi dengan teman sebaya, melakukan kegiatan kelompok, mempererat rasa kebersamaan, memahami perbedaan sesama teman sebaya, sampai dengan makan bersama.

Antara guru dan orang tua harus memiliki kesamaan visi, jangan sampai apa yang diperoleh dari guru tidak sama dengan yang diperoleh dari orang tua atau bahkan sebaliknya. Disinilah pentingnya komunikasi efektif antara guru dan orang tua.

Ada pepatah mengatakan, manusia dibentuk oleh lingkungannya, anak lahir bagai kertas putih. Pepatah ini mengingatkan kita betapa besar peran masyarakat dalam PAUD. Meskipun kehidupan keluarga demikian harmonis, anak setiap saat mendapat pujian orang tua atas kegiatannya, anak selalu mendapat perhatian sejak bangun pagi sampai menjelang tidur, dan memperoleh pengajaran yang baik dari keluarganya tetapi bila lingkungan masyarakat sekitar kurang mendukung atau bahkan tidak sesuai dengan yang diperoleh di rumah maka akan berpengaruh buruk pada perkembangan anak.

Anak membutuhkan contoh dan bukan teori. Mereka lebih dekat dengan segala sesuatu yang bersifat konkrit dan bukan abstrak. Contoh berperilaku baik bukan hanya ranah guru. Orang tua dan masyarakat juga harus peduli, memberikan contoh baik dalam kehidupan sehari-hari.

Masyarakat harus peduli terhadap pendidikan anak. Kalau bicara dengan nada tinggi, apalagi mengumpat haruslah umpan papan, jangan sampai anak kecil meskipun bukan anak sendiri, mendengar atau melihatnya. Kalau minum minuman keras apalagi sampai mabuk, jangan sampai menjadi tontonan anak-anak. Ini akan menjadi contoh buruk bagi anak.

Masyarakat yang mau kerja bakti (gotong royong) dan peduli pada sebagian masyarakat yang kurang mampu akan menjadi contoh yang baik dalam menumbuhkan sensitivitas kehidupan bersama dalam diri anak.

Bila di sekolah guru mengajarkan membuang sampah pada tempatnya, maka masyarakat juga harus memperlihatkan contoh yang sama demikian juga dengan orang tua. Jangan sampai terjadi, di sekolah guru memberi contoh membuang sampah pada bak sampah. Tetapi di rumah anak melihat orang tuanya membuang sampah dengan cara melempar ke halaman tetangga dan melihat para tetangga membuang sampah di sungai. Ini pasti akan membuat anak bingung, mana sebenarnya yang harus diikuti, guru, orang tua atau tetangganya. Bisa jadi anak akan berpikir bahwa ketiganya benar.

Dari sini kita harus memulai secara bersama-sama menggalang pendidikan anak. Gaya lama dimana orang tua menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada guru, sudah saatnya mulai dikikis. Demikian juga masyarakat yang masih tutup mata terhadap pendidikan anak harus mulai ditumbuhkan.

(Telah diterbitkan di Krida Rakyat)