BALAPAN LIAR (APA DAN MENGAPA)

BALAPAN LIAR (APA DAN MENGAPA)
Oleh: Rino Desanto W.

Berita balapan liar hingga kini masih menghias media dalam negeri. Entah sudah berapa kali pelaku balapan liar diamankan. Entah sudah berapa kali pelaku balapan liar mengulangi aktivitas yang sama di lokasi yang berbeda. Melihat pelaku balapan liar yang masih seputar muka lama, menunjukkan betapa penyelesaian balapan liar belum menyentuh akar masalah. Akar masalahnya sesungguhnya ada pada diri pembalap liar, selain memang juga mesti diakui belum adanya wadah untuk balapan legal. Banyak faktor yang membuat pembalap liar bangga melakukan aktivitas balapan liar, walau berisiko melayangnya jiwa.
Balapan liar tidak hanya dilakukan di jalan umum tetapi juga pada malam hari. Pembalap liar di dominasi kaum muda. Pembalap liar lebih banyak menghabiskan waktunya di luar rumah, lebih banyak menghabiskan waktunya pada malam hari. Saat keluarganya tertidur pulas, pembalap liar keluar rumah mencari udara malam, begitu pula sebaliknya. Apakah pembalap liar tidak betah di rumah. Mengapa pembalap liar lebih senang hidup di luar rumah. Apakah pembalap liar sengaja menghindari bertemu dengan keluarganya. Mengapa komunikasi dengan keluarga menjadi sebuah siksaan.
Awal menjadi pembalap liar rupanya dimulai dari rumah. Kurangnya perhatian, kurangnya pujian, kurangnya kasih sayang dari keluarga membuat mereka keluar rumah. Mencoba mencari sesuatu yang tidak didapatkan di rumah. Sebuah kebetulan mereka memiliki sarana memadai yang mendukung untuk menjadi pembalap liar. Di luar rumah kebetulan juga ada komunitas yang siap menerima dan siap mengisi kekosongan mereka. Belum lagi adanya beberapa kelompok penjudi yang memanfaatkan pembalap liar sebagai sarana judi dan menjadikan pembalap liar merasa tersanjung.
Lengkap sudah, di luar rumah mereka memperoleh pengakuan diri, memperoleh sesuatu yang tidak didapatkan di rumah. Menurut kami akar masalahnya ada pada keinginan mereka untuk memperoleh perhatian dan pengakuan diri. Masalah kenakalan remaja, tidak adanya sirkuit balap motor di sudut kota, dan lainnya hanyalah permukaan es yang mengapung di atas air. Oleh karena itu efek jera juga tidak dapat memberikan solusi efektif. Begitu juga dengan memberikan fasilitas sirkuit balap motor, juga kurang menggugah minat mereka.
Sesungguhnya menjadi pembalap liar hanyalah sebuah pelarian. Menjadi pembalap liar, sesungguhnya sebuah pertanda adanya sebuah kebingungan di dalam diri mereka. Jika benar mereka tidak sedang bingung, berada di rumah tentu akan terasa lebih nyaman. Di sekolah juga akan terasa lebih nyaman. Sekolah dan rumah bisa menjadi wahana untuk mempresentasikan kemampuan dan kelebihan yang dimiliki, baik bidang akademik maupun non akademik. Banyak kesempatan di tempat mereka belajar yang siap mendukung mewujudkan prestasi mereka. Namun, mereka saat ini mereka lebih suka di luar dengan bermacam ketidakpastian
Dari sini kami berpendapat, bahwa penyelesaian terhadap aktivitas balapan liar hendaknya dilakukan dengan pendekatan orang. Orang tua berkewajiban membuat rumah nyaman bagi anak-anaknya. Orang tua mesti memposisikan diri sebagai tempat bersandar bagi anak-anaknya. Orang tua mesti siap menampung air mata anak-anaknya. Orang tua mesti siap memberikan contoh dan teladan bagi anak-anaknya. Orang tua mesti sadar bahwa mereka adalah segalanya bagi anak-anaknya. Orang tua mesti sadar bahwa anak nanti akan menjadi apa, lebih banyak ditentukan oleh sikap orang tua.
Apakah orang tua siap untuk menjadi segalanya, menjadi idaman, menjadi kebanggaan bagi-anak-anaknya. Apakah orang tua siap untuk mengisi kehidupan anak-anaknya. Aturan yang ada di negeri api masih terkesan kaku, masih harus dibenahi di sana-sini dengan pendekatan yang lebih efektif. Pendekatan orang tua untuk menyelesaikan dan mencegah munculnya lagi balapan liar hanyalah salah satu pendekatan yang kini belum maksimal dijalankan. Pendekatan lain sama pentingnya, pendekatan dari semua sisi tentu akan memberikan hasil yang lebih maksimal.
Bila suatu pendekatan dipandang memadai, ada baiknya diwujudkan dalam bentuk aturan, dengan penerapan yang lebih fleksibel. Aturan yang memungkinkan bagi yang menjalankan aturan untuk menyesuaikan diri dengan situasi tertentu dan kondisi khusus. Untuk pelaku balapan liar, aturan tidak hanya mengedepankan efek jera, tetapi lebih mengutamakan sentuhan psikis. Untuk orang tua, aturan diarahkan agar orang tua siap menjadi orang tua yang baik bagi anak-anaknya. Aturan yang mendorong orang tua membiasakan diri membagi waktu untuk pekerjaan dan anak-anaknya.
Sekilas aturan seperti itu terlalu masuk ke wilayah individu. Namun, perlu diingat bahwa generasi muda adalah aset bangsa, merekalah yang pada saatnya nanti merubah wajah negeri api. Tidak berlebihan kiranya, sedikit memaksa orang tua untuk menjadi orang tua yang ideal bagi anak-anaknya. Untuk itulah dipandang perlu dituangkan dalam bentuk aturan. Tidak lagi berpikir apakah urusan pribadi ataukah urusan keluarga, tetapi lebih memikirkan negeri ke depan seperti apa. Negeri api ke depan akan berwajah seperti apa, tak mungkin kiranya masa bodoh dan membiarkan generasi muda sekarang hidup dalam ketidakpastian.

Tinggalkan komentar